Kereta Malam
Roda
kereta mulai berputar
Kau
pun melangkahi dari badannya
Pemandangan stasiun sekitar
Derapan
langkahku samar
Balik
siluet perjalanan malam
Tersembunyi
jalan begitu curam
Mata
ini tertawa saat temaram
Terduduk
diriku
terdiam
Diantara
bisingnya kereta malam
Uapnya
membawa jengkal harapan
Kereta
mulai berjalan pukul delapan
Mungkin
kereta itu tahap dewasa
Menanggalkan
kekanakan yang ceria
Rasa
nikmat kemanjaan lama-lama
Kelam
tanggungan merayap lamban
Peron
kereta kian berbunyi
Bawakan
dengung tiap pembuluh nadi
Air
mata kubawa hingga kini
Desisan
uap kereta menjadi akhir
Dari
suratan takdir
Kereta
mulai berhenti
Pemandangan
kota terlihat sunyi
Hanya
gerisik daun ceri
Kian
berbisik getir
Meninggalkan
kereta itu sendiri
Rifaldi.2017.Adhesi setelah Kereta Pergi. Dumai: Harasi
Candu Jempol
Sekian kapita
maya
Terus
berkeliaran beranda
Mengukir ribuan
leka
Beserta potret
adikroma
Mereka terus
memasang wajah semu
Untuk awam terus
tertipu
Karena mereka
terbujuk rayu
Oleh frasa
potret lugu itu
Mereka pula
candu jempol
Menanam siklamat
dalam lema
Namun itu pahit
ternyata
Hingga daku
terus mengisap jempol
Jempol bukanlah
marka
Bukan mantra
bagi rengsa
Mengharap
mukjizat Hyalla
Memasang
absurdial
Tuk euforia
temporal
Berselimut
senyum membal
Apa kata
sekarang
Jika muslihat menjadi
watak
Merasuk sukma
para patriark
Mereka candu
Jempol
Memasang wajah
tolol
Ingin sekali
diri ini membobol
Wajah mereka
dengan lugol
Rifaldi.2017.Terbelenggu Media.Tuban:Kars Publisher
Sandiwara
Komedi Negeri Ini
Gedung pencakar kian membelah angkasa
Menatap angkuh wisma di dasar
Kadang perasaan itu sulit dihindar
Karena semuanya menjadi sangat liar
Negeri ini sungguh berlimpah sandiwara
komedi
Prolog kebencian tertancap dalam pribumi
Ketika curut berdasi disanjung sekali
Perakit ampli menari dalam kobaran api
Mesin besi terus memuntahkan duit
Membungkam cerat curut itu hingga tak
bercicit
Menenggelamkan negeri ini keadaan pailit
Sampai tangis pencaci tak terdengar lagi
Komedi
tersebar di sinema nusantara
Apakah membuat gelak global bersuara
Tunggu saja Hinggan futur bertanya
“Apakah fenomena ini sungguh fana”
Rifaldi.2017. Indonesia Juaranya. Bukittingi:WA Publisher
Desiran Mentaya
Surya menebarkan kroma jingga
Setiap seluk sudut mentaya
Noktah kroma membendung rima-rima
fajar
Bersama lantunan oleh penabuh
memoar
Desiran mentaya menyebutkan gema
Setiap romansa terpesan bulu
burung punai
Daun waru tahu bagaimana ia
melambai
Menyanding mentaya memendam lara
Setelah hujan menggererayang
Timbullah Teja menambah haru
berdetak
Aroma Pluvial menggertak
Sudut perahu kecil terus ia
goyang
Ceria
Semua nestapa sukma mulai tiada
Ketika Mentaya bertamu netra
Koneksi mereka berdua bersatu
bersama
Degup kardiak berdetak penuh
irama
Desiran mentaya membawa canda
Menemani netra bersama tungkai
Hingga lelah tak sangggup
menyampai
Betapa indah hasta karya jagat
semesta
Bisu
Sembilu
Haru
Mewakili perasaanku
Ketika lembayung mulai pudar
Tanda mentaya membalik repertoar
Kapankah Kita menikmati lagi
Desiran mentaya penuh memori
Senja menyimpan sejuta elegi
Tersisip cerita manis dari sini
Rifaldi.2017.Tanah Bandungan. Kediri : FAM Publisher
Beban Sang Bapa
Sosok tegar derana
Menopang beban para keluarga
Keluarkan akal budi
Bangun masa gemilang nanti
Bahumu nan perkasa
Membawa nafkah bagi keluarga
Menopang kewajiban selusur
bentala
Membawa derma gemparkan dunia
Bumiputra lestari di pertiwi
Beratkan nian beban sang bapa
Pendidikan religi kehidupan warnai masa
Membawa cinta demi keluarga
Satukan aneka senyum bahagia
Bapa
Hanya senyuman semanis mangga
Mewarnai pipi saga mu
Tak keluh kesah banting bahu
Semangat bergerak macan belantara
Kini kau terpangku sendiri
Menatap masa renta nan sunyi
Tak padamkan semangat empati
Bekal cahaya anakmu
nanti
Bapa
Hanya doa ku membawa ke sana
Cahaya kasih lantunan kalimat suci
Menapaki jalan menghadap ilahi
Sajak tembang untuk bapa
Album memori marcapada
Sangu amal derma sampai nirwana
Semerbak harum kenanga
Rifaldi.2017. Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa buat Abahku. Kediri: Fam Publisher
Komentar
Posting Komentar