Guru Mata Pelajaran : Eka Bintarawati,S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pencemaran
air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan .Salah satu yang menyebabkan tercemarnya
air adalah penggunaan detergen. Detergen adalah pembersih sintetis yang
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi, yang terdiri dari bahan kimia
yang dapat memberikan dampak negatif pada biota yang hidup di laut ataupun
sungai. Salah satu biota yang merasakan dampak dari penggunaan deterjen
tersebut adalah ikan. Banyak kasus yang kita dengar bahwa sering terjadi kematian
ikan akibat pencemaran air yang di sebabkan oleh penggunaan deterjen oleh ulah
manusia. Deterjen tersebut bisa membuat ikan-ikan yang ada pada perairan
menjadi terganggu, pernafasan nya terganggu, bahkan bisa membuat ikan menjadi
mabuk dan akhirnya berujung pada kematian.
Ikan
nila adalah salah satu jenis ikan yang hidup di perairan tawar. Ikan nila
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : hidup di air tawar; tubuhnya bersisik;
mempunyai insang; berwarna hitam keabu-abuan; dan ciri lain yang dimiliki oleh
ikan pada umumnya . Di Indonesia ikan nila banyak dibudidayakan sebagai
hewan peliharaan maupun diperjual belikan sebagai konsumsi. Umumnya ikan nila
tidak dapat bertahan hidup di air yang tercemar dengan kadar pencemaran yang
cukup tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
detergen mempengaruhi terhadap respirasi Ikan Nila ?
2. Bagaimana
Pengaruh detergen terhadap respirasi Ikan Nila ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan
kami mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
· Untuk
mengetahui pengaruh detergen terhadap pernafasan ikan.
· Untuk
membandingkan kecepatan gerak ikan di air tercemar dengan air yang tidak
tercemar (dalam air murni)
D. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas manfaat mengadakan pratikum
ini adalah sebagai berikut:
· Agar
mengetahui pengaruh detergen terhadap pernafasan ikan.
· Agar
dapat mengetahui dampak buruk detergen terhadap ekosistem air terhadap populasi
ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Dasar Teori
1.
Pencemaran Air
Polusi atau pencemaran adalah
keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar
oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan
alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang
tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergentermasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate)yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergentermasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate)yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Gb
2.1 Struktur Kimia dari kiri (i) Surfaktan (ii) N-ABS (iii) LAS
Deterjen
yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil
sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan
bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan pewangi. Generasi
awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar
tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.
Awalnya
inovasi yang dianggap cemerlang ini mendapatkan respon yang menggembirakan.
Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui
mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan
oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan
setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam
stabilitas lingkungan hidup kita.
Beberapa
negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam
pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebutLinier
Alkyl Sulfonat atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk
deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan.
Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini
juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data
yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90
hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Pembuangan
limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya, mengandung
tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air
sungai untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun
tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap
badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan
membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm
(part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati,
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung
bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan
air. Sehingga kadar
oksigen
terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan,
udang dan kerang akan mati.
Gb 2.2 Pencemaran Sungai akibat busa sabun
Keberadaan
busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan
air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian (Ahsan et al, 2005).
2. Sabun dan
Detergen
Limbah
domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber
potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari
asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian
dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan
menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan
mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari
ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor“.
Gb 2.3 Salah Satu Merk Detergen
Dengan
adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan
bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air.Keuntungan yang utama dari
Gb 2.4 Partikel koloid micelle pada sabun
2
C17H35COO-Na+ + Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Padatan-padatan
tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya
tidak seluruhnya efektif seperti bahanbahan pencuci. Bila sabun digunakan
dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan
sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan
pencucian dengan kualitas yang baik.
Begitu
sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung
terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa
pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan
biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh
kerena itu terlepas dari pembentukan
buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang
penting.
Deterjen
sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa
terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan
karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan
endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak
pada sabun.
Unsur
kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi
dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang
lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air
dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang
tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur
“Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang
bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat
untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka
air.
Senyawa
ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai
tahun 1960-an sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen
sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan
karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh
adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian
digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier
Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah
yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat
dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi.
Sampah
dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri
dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan
dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan
menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian
senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan
bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.
Detergen
tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak
sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik
seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan
pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa
aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam
jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.
3. Ikan Nila
Gb 2.5 Ikan Nila
Ikan nila berasal dari Afrika bagian timur. Ikan nila
memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (compress). Posisi
mulutnya terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembulkan (Suyanto
2003).Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis
niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Filum :
Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Kelas :
Osteichtyes
Subkelas :
Acanthopterygii
Ordo :
Percomorphi
Subordo :
Percoidea
Famili :
Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis
niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari
keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing.
Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna
tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih,
sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila
berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi
sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara
bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari
tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran
kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata
yang besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang
baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi
terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang
berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas
1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah
25-30 oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
BAB
III
MEDOTOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Minggu,4 September 2016 dan
Minggu,11 September 2016. Tempat penelitian dilakukan di Tempat kediaman salah
satu siswa.
B.Metode Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti yaitu “Pengaruh Detergen
terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila” maka dalam karya tulis ini digunakan
metodologi kualitatif dan Kuantitatif dengan studi pendekatan empiris.
C.Populasi & Sampel penelitian
Populasi : Semua Ikan Nila
Sampel
: Beberapa Ikan Nila yang diuji
D.Hipotesis
H0 :
Tidak ada pengaruh detergen terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila
H1 :
Detergen Berpengaruh terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila
E.Variabel
Variabel bebas : dosis Detergen
Variabel terikat : Keadaan Ikan Nila
Variabel kontrol : Ikan Nila ,Air dalam ember,dan Waktu
F.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
dalam penelitian ini adalah :
1. Para penulis yang mengumpulkan data dan
menyusunnya menjadi sebuah laporan penelitian pada sebuah buku catatan.
2. Sebuah komputer portabel (laptop) sebagai
media pencarian data dan sumber informasi di internet serta sebagai alat
pengetikkan.
3. Handphone sebagai media penyimpanan data.
4. Printer sebagai media pencetak data.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Alat
dan bahan
Ember beserta Air Detergen
Ikan Nila ukuran kecil Sendok makan
Stopwatch Gelas
Takar
B. Langkah-langkah
1) Sediakan 4 ember
yang telah diisi dengan air yang sama banyaknya.
2) Masukkan satu
ekor ikan kedalam masing-masing ember.
3) Ember 1 tidak
diberikan perlakuan apa-apa.
4) Masukkan
deterjen kedalam ember 2, 3, dan 4 dengan ketentuan perbandingan banyaknya
detergen 1:2:3 (1 Sdm = 10 gram)
5) Amati apa yang
terjadi dengan kondisi ikan setelah 1 jam pengamatan.
6) Mencatat dan menganilis keadaan ikan
tersebut
7) Masukkan data
kedalam tabel.
8)
Bandingkan perbedaan dari ke empat perlakuan tersebut.
C.
Tabel dan Grafik serta penjelasan
Tabel ini didasarkan oleh pengamatan praktikum pada
Minggu,11 September 2016
Tabel
Kondisi fisik ikan
No.
|
Waktu
|
Kondisi Ikan Nila
|
|||
Ikan 1
|
Ikan 2
|
Ikan 3
|
Ikan 4
|
||
1
|
0 menit
|
X
|
X
|
X
|
X
|
2
|
10 menit
|
X
|
xXx
|
xXx
|
Xx
|
3
|
20 menit
|
X
|
Xx
|
Xx
|
x
|
4
|
30 menit
|
X
|
Xx
|
x
|
x
|
5
|
60 menit
|
X
|
x
|
x
|
x
|
Keterangan:
X
: sehat dan bergerak lincah
xXx
: berenang melambat
Xx
: berenang sangat lambat, insang berdarah, mengeluarkan feses
x
: ikan mati
Tabel Deskripsi Keadaan
Ikan setelah 1 jam pengamatan
No
|
Sampel Ikan
|
Dosis detergen
|
Deskripsi setelah 1
jam pengamatan
|
1
|
Ikan Nila 1
|
0 g/± 5 Liter
|
Ikan sehat bergerak
lincah
Ikan tidak berlendir,
Insang tidak berdarah
Warna mata ikan Biru
kehitaman
Tidak mengeluarkan
feses
|
2
|
Ikan Nila 2
|
10 g/±5 Liter
|
Awal ikan
menggelempar dalam air
Ikan bergerak cukup
lambat
Ikan agak berlendir
Insang mulai sedikit
berdarah dan agak bengkak
Warna mata ikan
berwarna merah
Mengeluarkan sedikit
feses
Mati dalam kurun
waktu 25 menit
|
3
|
Ikan Nila 3
|
20 g/±5 Liter
|
Awal ikan
menggelempar dalam air cukup kuat
Ikan Bergerak lambat
dan agak lemas
Ikan berlendir
Insang membengkak
mengeluarkan darah
Warna mata ikan
berwarna nila
Mengeluarkan feses
Mati dalam kurun
waktu 32 menit
|
4
|
Ikan Nila 4
|
30 g/±5 Liter
|
Awal ikan menggelempar
sangat kuat
Ikan bergerak sangat
lambat dan sangat lemas
Ikan mengeluarkan
banyak lendir
Insang membengkak
mengeluarkan banyak darah
Warna mata Kuning
kehitaman(Kuning kusam)
Mati dalam kurun
waktu 12 menit
|
Keterangan
Ikan
mengeluarkan feses,dan mengeluarkan banyak lendir disebabkan peristiwa Difusi . Difusi adalah perpindahan zat
dari konsetrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen
lebih tinggi dibandingkan sitoplasma ikan nila sehingga partikel detergen
berdifusi pada larutan ke sel-sel insang ikan. Larutan detergen terus menerus
berdifusi ke sel-sel insang sampai insang membengkak.Lama-kelamaan sel insang
mengalami plasmolisis (pecahnya sel) karena terus berdifusi .Karena pecah maka
sitoplasma kelar ,sehingga ikan mengeluarkan banyak lendir.Ikan kehilangan
fungsi insangnya sehingga ikan mulai lemas dan mati sesuai kadar banyaknya
detergen.
Mata
Ikan berubah disebabkan iritasi dari reaksi basa detergen yang awalnya pH 7
(netral) menjadi 8-9 (Basa) yang bersifat kaustik yang mengikat kelembapan air
di mata ikan sehingga mata ikan menjadi kering dan sel mata nya mengalami
plasmoisis dan bereaksi panas.
Grafik Pergerakan Ikan
Nila
Keterangan membaca
grafik
- Bahwa Ikan 1,2,3
& 4 pada waktu 0 menit bertahan semua sehingga semuanya bernilai sama.
-
Bahwa
Ikan 1,2,3, & 4 bertahan pada waktu 10 menit namun ikan 2,3,4 mulai
berkurang kecepatan geraknya terutama ikan 4.
-
Bahwa
Ikan 1,2,3 bertahan pada waktu 20 menit namun gerakan ikan semakin melambat
dari sebelumnya terutama ikan 3 sedangkan Ikan 4 sudah mati dalam waktu 12
menit.
-
Bahwa
Ikan 1,3 bertahan pada waktu 30 menit namun gerakan ikan semakin melambat dari
sebelumnya terutama ikan 3 sedangkan ikan 2 mulai mati dalam waktu ±30
menit .
-Bahwa
Ikan 1 bertahan sampai 60 menit, Hanya Ikan 1 bertahan karena tidak beri
tambahan detergen
Tambahan Keterangan
Namun yang mengejutkan
Ikan 3 lebih cepat bertahan lama dibandingkan 2 dan pada menit 25
Ikan 2 bertahan waktu
30 menit sedangkan ikan 3 bertahan waktu 32 menit padahal ikan 3 lebih mendapat
banyak dosis detergen dibandingkan ikan 2,mungkin ada beberapa faktor penyebab:
1. Kualitas air dan
Volume air yang berbeda,mungkin Air pada ikan 3 lebih jernih dan tidak keruh
seperti ikan 2 dan Air di ikan 3 lebih banyak dibandingkan ikan 3 disebabkan
Kurangketeletian penyusun.
2. Morfologi ikan yang
berbeda. Pada ikan 3 mungkin lebih besar dibandingkan ikan 2.
3. Jenis kelamin Ikan
yang berbeda.
Maka Faktor ini
tersebut dinyatakan Variabel Penggangu
BAB
V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi
detergen sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
2. Ikan yang
ditempatkan di air murni tidak mengalami kematian atau gejala-gejala yang
menandakan akan mati dan mata ikan berwarna hitam kebiruan.
3. Setelah
dicemari oleh detergen, ikan mengalami hal-hal sebagai berikut:
· Berenang
melambat
· Insang
berdarah
· Mengeluarkan
feses
· Mati
. Mata
ikan berbeda dari: Ikan 2 (Merah),Ikan 3 (Nila),Ikan 4 (Kuning kusam) setelah
diamati selama 1 jam.
4. Semakin
banyak kadar detergen yang diujikan, menyebabkan ikan lebih cepat mati.
5. Penyebab
Ikan Nila mengeluarkan feses,dan Insang berdarah adalah peristiwa Difusi pada
sitoplasma Ikan Nila
6. Penyebab
Ikan Nila berubah mata disebabkan reaksi perubahan air dari netral menuju basa
yang mana detergen bersifat mengikat air dan bereaksi panas.
Berdasarkan kesimpulan
yang telah kami tarik, kami dapat menyatakan bahwa H1dapat diterima
dan Ho ditolak.
B.Saran
1.Dari
penelitian yang telah penulis lakukan penulis menyadari segala kekurangan
dari lampiran pratikum ini seperti ikan
yang digunakan kurang sehat dan berbeda ukuran, tempat yang kecil, alat ukur
yang seadanya. Maka dari itu untuk kedepanya penulis menyarankan agar
penelitian selanjutnya menggunakan ikan yang sama besar, aquarium yang
digunakan besar agar ikan bebas berenang, dan alat ukur yang lengkap agar
penelitian yang di lakukan akurat.
2.Gunakanlah
detergen sebijaksana mungkin,jangan buang air cucian ke perairan karena banyak
organisme yang bergantung dan hidup di dalamnya.
3.Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan membuahkan hasil yang lebih baik dari
sebelumya karena kami merasa banyak kesalahan dalam pembuatan laporan praktikum
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Omegawati,Hadi
Wigati,Teo Sukoco,Rumiyati.2016.PR
BIOLOGI SMA/MA KELAS X Semseter 1.Klaten : Intan Pariwara.
2.
http://lailameika13.blogspot.co.id/2013/09/pengaruh-detergen-terhadap-kelangsungan.html
diakses 2 september 2016
3. http://auliasafitri10.blogspot.co.id/2013/11/pencemaran-air-oleh-limbah-sabun-dan.html.
diakses 4 September 2016.
4. http://risza-risanty.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-limbah-terhadap-kelangsungan.html
diakses 4 september 2016
6.
http://adeprimaputri.blogspot.co.id/2012/04/paper-resistansi-ikan-terhadap.html diakses pada 8 september 2016
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar