Pengaruh Detergen terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila


Guru Mata Pelajaran : Eka Bintarawati,S.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan .Salah satu yang menyebabkan tercemarnya air adalah penggunaan detergen.  Detergen adalah pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi, yang terdiri dari bahan kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada biota yang hidup di laut ataupun sungai. Salah satu biota yang merasakan dampak dari penggunaan deterjen tersebut adalah ikan. Banyak kasus yang kita dengar bahwa sering terjadi kematian ikan akibat pencemaran air yang di sebabkan oleh penggunaan deterjen oleh ulah manusia. Deterjen tersebut bisa membuat ikan-ikan yang ada pada perairan menjadi terganggu, pernafasan nya terganggu, bahkan bisa membuat ikan menjadi mabuk dan akhirnya berujung pada kematian.
Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang hidup di perairan tawar. Ikan nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : hidup di air tawar; tubuhnya bersisik; mempunyai insang; berwarna hitam keabu-abuan; dan ciri lain yang dimiliki oleh ikan pada umumnya  . Di Indonesia ikan nila banyak dibudidayakan sebagai hewan peliharaan maupun diperjual belikan sebagai konsumsi. Umumnya ikan nila tidak dapat bertahan hidup di air yang tercemar dengan kadar pencemaran yang cukup tinggi.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah detergen mempengaruhi terhadap respirasi Ikan Nila ?
2.      Bagaimana Pengaruh detergen terhadap respirasi Ikan Nila ?

C. Tujuan Penelitian
 Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan kami mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
·    Untuk mengetahui pengaruh detergen terhadap pernafasan ikan.
·    Untuk membandingkan kecepatan gerak ikan di air tercemar dengan air yang tidak  tercemar (dalam air murni)

D. Manfaat penelitian
     Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas manfaat  mengadakan pratikum ini adalah sebagai berikut:
·    Agar mengetahui pengaruh detergen terhadap pernafasan ikan.
·    Agar dapat mengetahui dampak buruk detergen terhadap ekosistem air terhadap populasi ikan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Pencemaran Air
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
         Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergentermasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate)yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.


Gb 2.1 Struktur Kimia dari kiri (i) Surfaktan (ii) N-ABS (iii) LAS
Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.
Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebutLinier Alkyl Sulfonat atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati.



Gb 2.2 Pencemaran Sungai akibat busa sabun
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian (Ahsan et al, 2005).

2. Sabun dan Detergen

Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor“.
  

Gb 2.3 Salah Satu Merk Detergen
Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air.Keuntungan yang utama dari
sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.



Gb 2.4 Partikel koloid micelle pada sabun

2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahan­bahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik.
Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu  terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.
Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan  gas (udara), padatan-padatan (debu)  dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an  sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi.
Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan  dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.

3. Ikan Nila


Gb 2.5 Ikan Nila
Ikan nila berasal dari Afrika bagian timur. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (compress). Posisi mulutnya terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembulkan (Suyanto 2003).Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Filum          : Chordata
Subfilum    : Vertebrata
Kelas          : Osteichtyes
Subkelas     : Acanthopterygii
Ordo           : Percomorphi
Subordo     : Percoidea
Famili         : Cichlidae
Genus         Oreochromis
Spesies       Oreochromis niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003).

BAB III
MEDOTOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Minggu,4 September 2016 dan Minggu,11 September 2016. Tempat penelitian dilakukan di Tempat kediaman salah satu siswa.
B.Metode Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti yaitu “Pengaruh Detergen terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila” maka dalam karya tulis ini digunakan metodologi kualitatif dan Kuantitatif dengan studi pendekatan empiris.
C.Populasi & Sampel penelitian
Populasi : Semua Ikan Nila
Sampel   : Beberapa Ikan Nila yang diuji
D.Hipotesis
H0             : Tidak ada pengaruh detergen terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila
H1             : Detergen Berpengaruh terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila
E.Variabel
     Variabel bebas     : dosis Detergen
     Variabel terikat    : Keadaan Ikan Nila
     Variabel kontrol : Ikan Nila ,Air dalam ember,dan Waktu
F.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Para penulis yang mengumpulkan data dan menyusunnya menjadi sebuah laporan penelitian pada sebuah buku catatan.
2. Sebuah komputer portabel (laptop) sebagai media pencarian data dan sumber informasi di internet serta sebagai alat pengetikkan.
3. Handphone sebagai media penyimpanan data.
4. Printer sebagai media pencetak data.
  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Alat dan bahan 
 Ember beserta Air                    Detergen
Ikan Nila ukuran kecil              Sendok makan
Stopwatch                                 Gelas Takar

B. Langkah-langkah
1)      Sediakan 4 ember yang telah diisi dengan air yang sama banyaknya.
2)      Masukkan satu ekor ikan kedalam masing-masing ember.
3)      Ember 1 tidak diberikan perlakuan apa-apa.
4)      Masukkan deterjen kedalam ember 2, 3, dan 4 dengan ketentuan perbandingan banyaknya detergen 1:2:3 (1 Sdm = 10 gram)
5)      Amati apa yang terjadi dengan kondisi ikan setelah 1 jam pengamatan.
6)      Mencatat dan menganilis keadaan ikan tersebut
7)      Masukkan data kedalam tabel.
8)      Bandingkan perbedaan dari ke empat perlakuan tersebut.


C. Tabel dan Grafik serta penjelasan
Tabel ini didasarkan oleh pengamatan praktikum pada Minggu,11 September 2016
Tabel Kondisi fisik ikan
No.
Waktu
Kondisi Ikan Nila
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Ikan 4
1
0 menit
X
X
X
X
2
10 menit
X
xXx
xXx
Xx
3
20 menit
X
Xx
Xx
x
4
30 menit
X
Xx
x
x
5
60 menit
X
x
x
x



Keterangan:
X           : sehat dan bergerak lincah
xXx       : berenang melambat
Xx          : berenang sangat lambat, insang berdarah, mengeluarkan feses
x            : ikan mati


Tabel Deskripsi Keadaan Ikan setelah 1 jam pengamatan
No
Sampel Ikan
Dosis detergen
Deskripsi setelah 1 jam pengamatan
1
Ikan Nila 1
0 g/± 5 Liter
Ikan sehat bergerak lincah
Ikan tidak berlendir,
Insang tidak berdarah
Warna mata ikan Biru kehitaman
Tidak mengeluarkan feses
2
Ikan Nila 2
10 g/±5 Liter
Awal ikan menggelempar dalam air
Ikan bergerak cukup lambat
Ikan agak berlendir
Insang mulai sedikit berdarah dan agak bengkak
Warna mata ikan berwarna merah
Mengeluarkan sedikit feses
Mati dalam kurun waktu 25 menit
3
Ikan Nila 3
20 g/±5 Liter
Awal ikan menggelempar dalam air cukup kuat
Ikan Bergerak lambat dan agak lemas
Ikan berlendir
Insang membengkak mengeluarkan darah
Warna mata ikan berwarna nila
Mengeluarkan feses
Mati dalam kurun waktu 32 menit
4
Ikan Nila 4
30 g/±5 Liter
Awal ikan menggelempar sangat kuat
Ikan bergerak sangat lambat dan sangat lemas
Ikan mengeluarkan banyak lendir
Insang membengkak mengeluarkan banyak darah
Warna mata Kuning kehitaman(Kuning kusam)
Mati dalam kurun waktu 12 menit
Keterangan
Ikan mengeluarkan feses,dan mengeluarkan banyak lendir disebabkan peristiwa Difusi . Difusi adalah perpindahan zat dari konsetrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih tinggi dibandingkan sitoplasma ikan nila sehingga partikel detergen berdifusi pada larutan ke sel-sel insang ikan. Larutan detergen terus menerus berdifusi ke sel-sel insang sampai insang membengkak.Lama-kelamaan sel insang mengalami plasmolisis (pecahnya sel) karena terus berdifusi .Karena pecah maka sitoplasma kelar ,sehingga ikan mengeluarkan banyak lendir.Ikan kehilangan fungsi insangnya sehingga ikan mulai lemas dan mati sesuai kadar banyaknya detergen.


Mata Ikan berubah disebabkan iritasi dari reaksi basa detergen yang awalnya pH 7 (netral) menjadi 8-9 (Basa) yang bersifat kaustik yang mengikat kelembapan air di mata ikan sehingga mata ikan menjadi kering dan sel mata nya mengalami plasmoisis dan bereaksi panas.

Grafik Pergerakan Ikan Nila



Keterangan membaca grafik
- Bahwa Ikan 1,2,3 & 4 pada waktu 0 menit bertahan semua sehingga semuanya bernilai sama.
- Bahwa Ikan 1,2,3, & 4 bertahan pada waktu 10 menit namun ikan 2,3,4 mulai berkurang kecepatan geraknya terutama ikan 4.
- Bahwa Ikan 1,2,3 bertahan pada waktu 20 menit namun gerakan ikan semakin melambat dari sebelumnya terutama ikan 3 sedangkan Ikan 4 sudah mati dalam waktu 12 menit.
- Bahwa Ikan 1,3 bertahan pada waktu 30 menit namun gerakan ikan semakin melambat dari sebelumnya terutama ikan 3 sedangkan ikan 2 mulai mati dalam waktu ±30 menit .
-Bahwa Ikan 1 bertahan sampai 60 menit, Hanya Ikan 1 bertahan karena tidak beri tambahan detergen

Tambahan Keterangan
Namun yang mengejutkan Ikan 3 lebih cepat bertahan lama dibandingkan 2 dan pada menit 25
Ikan 2 bertahan waktu 30 menit sedangkan ikan 3 bertahan waktu 32 menit padahal ikan 3 lebih mendapat banyak dosis detergen dibandingkan ikan 2,mungkin ada beberapa faktor penyebab:
1. Kualitas air dan Volume air yang berbeda,mungkin Air pada ikan 3 lebih jernih dan tidak keruh seperti ikan 2 dan Air di ikan 3 lebih banyak dibandingkan ikan 3 disebabkan Kurangketeletian penyusun.
2. Morfologi ikan yang berbeda. Pada ikan 3 mungkin lebih besar dibandingkan ikan 2.
3. Jenis kelamin Ikan yang berbeda.
Maka Faktor ini tersebut dinyatakan Variabel Penggangu

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1.      Konsentrasi detergen sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
2.      Ikan yang ditempatkan di air murni tidak mengalami kematian atau gejala-gejala yang menandakan akan mati dan mata ikan berwarna hitam kebiruan.
3.      Setelah dicemari oleh detergen, ikan mengalami hal-hal sebagai berikut:
·         Berenang melambat
·         Insang berdarah
·         Mengeluarkan feses
·         Mati
.         Mata ikan berbeda dari: Ikan 2 (Merah),Ikan 3 (Nila),Ikan 4 (Kuning kusam) setelah diamati selama 1 jam.
4.      Semakin banyak kadar detergen yang diujikan, menyebabkan ikan lebih cepat mati.
5.       Penyebab Ikan Nila mengeluarkan feses,dan Insang berdarah adalah peristiwa Difusi pada sitoplasma Ikan Nila
6.       Penyebab Ikan Nila berubah mata disebabkan reaksi perubahan air dari netral menuju basa yang mana detergen bersifat mengikat air dan bereaksi panas.
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami tarik, kami dapat menyatakan bahwa H1dapat diterima dan Ho ditolak.

B.Saran
1.Dari penelitian yang telah penulis lakukan penulis menyadari segala kekurangan dari  lampiran pratikum ini seperti ikan yang digunakan kurang sehat dan berbeda ukuran, tempat yang kecil, alat ukur yang seadanya. Maka dari itu untuk kedepanya penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan ikan yang sama besar, aquarium yang digunakan besar agar ikan bebas berenang, dan alat ukur yang lengkap agar penelitian yang di lakukan akurat.
2.Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin,jangan buang air cucian ke perairan karena banyak organisme yang bergantung dan hidup di dalamnya.
3.Untuk penelitian selanjutnya diharapkan membuahkan hasil yang lebih baik dari sebelumya karena kami merasa banyak kesalahan dalam pembuatan laporan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Omegawati,Hadi Wigati,Teo Sukoco,Rumiyati.2016.PR BIOLOGI SMA/MA KELAS X Semseter 1.Klaten : Intan Pariwara.

2.    http://lailameika13.blogspot.co.id/2013/09/pengaruh-detergen-terhadap-kelangsungan.html diakses 2 september 2016
4.    http://risza-risanty.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-limbah-terhadap-kelangsungan.html diakses 4 september 2016

LAMPIRAN

Komentar