Guru Mata Pelajaran : Abdul Rasyid,S.Pd
1.
Perlawanan
Sultan Nuku (Tidore)
Gambar 1
Sultan Nuku
Kesultanan Tidore di bawah pimpinan
Sultan Nuku melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Untuk
menghadapi kekuatan Belanda, Sultan Nuku melakukan persiapan perang dengan cara
meningkatkan kekuatan perangnya hingga 200 kapal perang dan 6000 orang pasukan.
Setelah itu, perjuangan Sultan Nuku untuk mengusir kekuatan Belanda tersebut
dilakukan pula jalur diplomasi. Upaya diplomasi yang ditempuh Sultan Nuku
tersebut ialah mengadakan hubungan dengan inggris. Upaya diplomasi tersebut
dilakukan dalam rangka meminta bantuan dan dukungan dari Inggris, terutama
dalam memperkuat senjata untuk menghadapi persenjataan Belanda yang lebih maju
dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki kesultanan Tidore. Siasat untuk
mengadu domba antara inggris dan belanda berhasil dilakukan, sehingga pada 20
Juni 1801 Sultan Nuku berhasil membebaskan Kota Soa-Siu dari kekuasaan Belanda.
Maluku Utara akhirnya dapat dipersatukan dibawah kekuasaan Sultan Nuku.
Gambar 2
Kota Soa-Siu
2. Perlawanan Patimura
Gambar 3
Kapiten Pattimura
Pada tahun 1817, terjadi perubahan
penguasaan di Indonesia. Belanda kembali berkuasa di Indonesia menggantikan
Inggris. Perkembangan itu telah menggelisahkan masyarakat Maluku. Belanda
menerapkan kebijakan yang sangat berbeda dengan Inggris. Rakyat pun kecewa,
rakyat dipaksa menyerahkan berbagai macam hasil bumi, seperti kopi dan
rempah-rempah. Rakyat mendapat bayaran yang sangat kecil, bahkan kadang kadang
tidak dibayar. Pada bulan Mei 1817, rakyat Maluku di Saparua melancarkan
perlawanan yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau patimura. Thomas
Matulessy dilahirkan di Haria, Pulau Saparua Maluku. Pada tahun
1783. Pada masa pemerintahan Inggris, Patimura masuk dinas militer berpangkat
sersan.
Gambar 4
Perang Maluku
Perlawanan terhadap Belanda juga terjadi di daerah Maluku
lainnya, seperti di Haruku, Pulau Seram, Larike, Asilulu, Wakasihu. Perlawanan
rakyat Maluku tersebut sempat menghancurkan pertahanan Belanda. Pada bulan Juli
1817, pihak Belanda mendatangkan bantuan dengan kekuatan yang lebih besar dari
Batavia. Pasukan ini dipimpin oleh Laksamana Muda Buykes. Kemudian belanda
melancarkan serangan besar-besaran, sehingga pasukan Patimura terdesak oleh
Belanda. Pada Bulan Agustus 1817, Patimura terpaksa menyingkir ke hutan dan
melakukan perang gerilya. Dengan tipuan muslihat, Belanda berhasil menguasai
kembali Benteng Deverdijk pada tanggal 18 November 1817. Belanda juga berhasil
menangkap dan menghukum mati kapitan Paulus Tiahahu. Setelah itu, perlawanan
lainnya dilakukan oleh pehlawan wanita, yaitu Cristian Martha Tiahahu yang
berusia 17 tahun yang pergi ke hutan untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Sekitar bulan November 1817, Patimura terdesak dan akhirnya dapat
ditangkap oleh Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817, Patimura dihukum gantung
di alun alun Ambon di depan Benteng Victoria. “Dalam bulan Desember 1817
kapitan patimura bersama tiga orang panglimanya dijatuhi hukuman mati yang
dijalankannya di benteng Niuew Victoria di Ambon”. Sebelum hukuman gantung
dilakukan, Patimura berkata Patimura akan mati, tetapi Patimura-Patimura
muda akan bangkit.
Gambar 5
Benteng Victoria
Komentar
Posting Komentar