Gerakan Non Blok
Guru Mata Pelajaran ; Resti Sitorus,S.Pd
Dimana tujuan dari gerakan non blok diatas dapat kita jabarkan kedalam 3 poin utama, yaitu:
Guru Mata Pelajaran ; Resti Sitorus,S.Pd
A. Pengertian Gerakan Non Blok
Non-Aligned Movement (NAM) / Gerakan
Non-Blok (GNB) adalah sebuah organisasi internasional yang terdiri dari
lebih dari 120 negara-negara yang tidak menganggap dirinya bergabung /
beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar manapun.
B. Latar Belakang Gerakan Non Blok
Berdirinya
GNB dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Munculnya dua blok
yaitu Blok Barat dan Blok Timur yang bersaing untuk memperebutkan pengaruh
dunia internasional. Blok Barat diikat dalam suatu pertahanan yang bernama NATO
(North Atlantic Treaty Organization), sedangkan Blok Timur terikat dalam Pakta
Warsawa.
2. Adanya kecemasan
negara-negara yang baru saja mencapai kemerdekaannya. Mereka merasa cemas
karena persaingan antara blok adidaya tersebut.
3. Adanya "Dokumen
Brioni" yang merupakan pernyataan dari presiden Josep Broz Tito
(Yugoslavia). Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India), dan Presiden Gamal
Abdul Nasser (Mesir) tahun 1956 di Pulau Brioni, Yugoslavia. Dokumen tersebut
memuat prinsip-prinsip dasar untuk mempersatukan gerakan NonBlok.
4. Adanya pertemuan lima
orang negarawan NonBlok di markas besar PBB dalam siding Umum PBB ke-15 tahun
1960, kelima orang negarawan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Presiden Sukarno,
dari Indonesia
2) PM
Jawaharlal Nehru, dari India
3)
Presiden Gamal Abdul Naser, dari RPA/Mesir
4)
Presiden Kwame Nkrumah, dari Ghana
5)
Presiden Josep Broz, dari Yugoslavia
Mereka ini kemudian
dikenal sebagai pendiri Gerakan NonBlok.
5. Terjadinya krisis Kuba
tahun 1961. Krisis ini terjadi karena Uni Soviet membangun pangkalan rudal di
Kuba secara besar-besaran. Amerika Serikat merasa terancam dan memprotes
tindakan Uni Soviet tersebut. Situasi dunia menjadi tegang, hal ini mendorong
negara-negara Non Blok untuk segera menyelenggarakan KTT NonBlok.
C. Sejarah Gerakan Non Blok
Organisasi Gerakan Non Blok muncul di tengah persaingan dua
kekuatan besar dunia, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Persaingan kedua blok
terjadi pada masa perang dingin. Negara-negara Blok Timur dipimpin Uni Soviet
sementara negara-negara Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat. Tiap-tiap
blok berusaha menarik dukungan dari negara-negara lain. Agar negara-negara
berkembang tidak terkena pengaruh Blok Barat maupun Blok Timur, maka didirikan
lah organisasi Gerakan Non-Blok.
Kata "Non-Blok" dipaparkan
pertama kali oleh Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India) dalam
pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjabarkan
lima pilar yang dapat diterapkan sebagai pedoman untuk membentuk relasi
Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini
kemudian dipakai sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut
ialah:
1. Saling menghormati integritas
teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian tidak saling melakukan
agresi
3. Tidak melakukan intervensi urusan
dalam negeri negara lain
4. Setara dan saling menguntungkan
5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri beawal dari
sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika / Konferensi Asia Afrika yaitu
sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, pada tahun 1955. Di sana,
negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun mendeklarasikan keinginan
mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi blok Barat dan blok
Timur. Pendiri / Tokoh Gerakan Non Blok ini adalah 5
pemimpin dunia, yaitu:
1. Josip Broz Tito presiden Yugoslavia
2. Soekarno presiden Indonesia
3. Pandit Jawaharlal Nehru perdana
menteri India
4. Gamal Abdul Nasser presiden Mesir
5. Kwame Nkrumah presiden Ghana.
Kemudian Gerakan ini dicanangkan
pertamakali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada
tahun 1961 di Beograd (Belgrade), Yugoslavia. Saat itu konfensi ini dihadiri 25
negara dari berbagai belahan dunia yakni Yugoslavia (sebagai tuan
rumah), Indonesia, India, Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja,
Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Irak, Lebanon,
Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, dan Tunisia.
Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada tahun 1961 di Beograd
dibentuklah Gerakan Non Blok oleh Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia saat
itu). Hasil dari konferensi tersebut juga mendaulat Josip Broz Tito sebagai Pimpinan pertama dalam Gerakan
Non-Blok.
Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961,
serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan
yaitu di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir
kebanyakan dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian di
Lusaka, Zambia (1970), Algiers, Aljazair (1973), Kolombo, Srilangka (1976),
Havana, Cuba (1979), New Delhi, India (1983), Harare, Zimbabwe (1986), Beograd, Yugoslavia (1989), Jakarta,
Indonesia (1992), Cartagena de Indias, Kolombia (1995), Durban, Afrika Selatan
(1998), Kuala Lumpur, Malaysia (2003), Havana, Kuba (2006), Sharm el-Sheikh,
Mesir (2009), Teheran, Iran (2012) dan terakhir di Karakas, Venezuela pada
tahun 2015.
Gerakan ini sempat kehilangan
kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai
terpecah dan bergabung pada salah satu Blok, terutama Blok Timur. Sehingga
muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet
seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara non blok. Atau kasus
dimana India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama
beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota gerakan non blok bahkan
terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara Iran
dengan Irak dan Pakistan dengan India.
Gerakan ini kemudian terpecah
sepenuhnya pada tahun 1979 ketika terjadi invasi Uni Soviet terhadap
Afghanistan. Saat itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota
GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang
sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.
D. Prinsip Dasar GNB
Non-Blok didirikan
berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi
Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung.
Dasasila Bandung adalah
sepuluh poin hasil pertemuan Konferensi Asia–Afrika yang dilaksanakan pada 18-25 April 1955 di Bandung, Indonesia. Pernyataan ini
berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama
dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan
prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.
1. Menghormati
hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas
yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2. Menghormati
kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
5. Menghormati
hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang
sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak
menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap
negara lain
7. Tidak
melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu
negara
8. Menyelesaikan
segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan,
persetujuan, arbitrasi (penyelesaian
masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan
kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati
hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
E.
Tujuan GNB
Tujuan GNB yaitu seperti yang tercantum
dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan,
kedaulatan, integritas teritorial nasional, dan keamanan dari negara-negara
nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme,
apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi
asing, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, menentang segala
bentuk blok politik serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.
Dimana tujuan dari gerakan non blok diatas dapat kita jabarkan kedalam 3 poin utama, yaitu:
1. Turut serta meredakan ketegangan
dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet
(Blok Timur) dalam perang dingin.
2. Membendung pengaruh negatif baik
dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara-negara anggota Gerakan Non-Blok.
3. Mengembangkan rasa solidaritas di
antara negara anggota. Caranya dengan membantu perjuangan negara-negara
berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.
F. Peran Serta Indonesia dalam GNB
Gerakan Non Blok (GNB) menempati posisi khusus dalam politik
luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam
pendirian GNB. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali
penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui
sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak
sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga mengingat
prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan
Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
Selain peran serta yang telah
dijelaskan diatas, Berbagai Peran serta Indonesia dalam
Gerakan Non Blok dapat dijelaskan dalam beberapa poin dibawah
ini:
1. Sebagai salah satu negara
pemrakarsa, Hal tersebut karena Gerakan Non Blok sendiri bermula dari sebuah
Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung, pada tahun 1955.
2. Sebagai salah satu negara pengundang
pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama, Hal ini karena indonesia
merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar mengundang / mengajak
negara lain untuk bergabung kedalam GNB.
3. Pernah menjadi ketua GNB pada tahun
1992 - 1995. Pada saat itu (1-6 September 1992) Indonesia menjadi tuan rumah
penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB berjumlah
106 negara.
4. Indonesia juga turut memecahkan
masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia, memperjuangkan HAM, dan
tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia memandang GNB
sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan
cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya di GNB.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
keberadaan Gerakan Negara Negara Non Blok secara tegas mengacu pada hasil-hasil
kesepakatan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Penggunaan
istilah bangsa-bangsa non blok atau "tidak memihak" adalah pernyataan
bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara blok
Barat dan Timur. Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan
Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan kemerdekaan nasional,
menghapuskan kemiskinan dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang.
Komentar
Posting Komentar